MAKALAH
ESTETIKA
ABAD PERTENGAHAN
DAN
ESTETIKA
ABAD PRAMODERN
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Seni Rupa yang dibina oleh
Bapak
Muhammad Reyhan Florean, M.Pd
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Ayu
Novita Pristiani NPM 14186206094
Astrid
Lusy Ayuningtyas NPM
14186206095
Ingrid
Bela Suastiaji NPM
14186206096
Lintang
Permata NPM
14186206097
Desi
Kartika Sari NPM 14186206329
Kelas : 3C
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
STKIP
PGRI TULUNGAGUNG
Tahun
Ajaran 2015/2016
Puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah, dan taufik-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul “Estetika Abad Pertengahan dan Estetika Abad Pramodern” merupakan tugasdari mata kuliah Pendidikan Seni
Rupa yang dibina oleh Bapak Muhammad Reyhan Florean , M.Pd.
Penulis menyadari bahwa
penulisan makalah ini masih sangat jauh dari sempurna, sehingga masih perlu
bimbingan dan arahan. Mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan kemampuan
penulis, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan bimbingan, saran dan
kritik yang membangun demi kebaikan dan kesempurnaan penulisan makalah
berikutnya.
Semoga
makalah ini sangat bermanfaat bagi penulis, pembaca pada umumnya dan pendidik
pada khususnya.
Tulungagung, Oktober 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................
ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................1
1.1
Latar belakang Masalah.......................................................................1
1.2
Rumusan Masalah................................................................................1
1.3Tujuan
Penulisan...................................................................................1
1.4
Manfaat Penulisan................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................2
2.1
Estetika Abad Pertengahan................................................................. 2
2.2
Estetika
Abad Pramodern.....................................................................7
BAB III PENUTUP................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan..........................................................................................10
3.2 Saran...................................................................................................10
DAFTAR
PUSTAKA..................................................................................
11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Estetika
merupakan filsafat mengenai keindahan. Setiap karya sastra terdapat unsur
estetik yang memperindah sebuah satra. Di dalam estetik terdapat estetik
moderen dan estetik tradisional maka hal tersebut tidak terlepas dengan sejarah
perkembangan mengenai esetika. Dalam perkembangannya, pada zaman pertengahan
estetika terdpat beberapa masa seperti msa purba dan masa kuno, selain itu
zaman pertengahan estetika jugasangat dipengaruhi oleh sudut agama. Dimana
unsur-unsur estetika dalam setiap pernak-pernik perlengkapan peribadatan dan juga pada kesenian dan drama sangat
dipengaruhi oleh sudut agama. Pada zaman pertengahan yang lebih signifikannya
pada masa purba terdapat gagasan gagasan mengenai keindahan dan juga teori
mengenai simbol-simbol. Dalam hal ini
seorang tokoh Thomas Aquino yang mengemukakan uraian pendek mengenai keindahan.
Konsep mengenai keindahan jug banyak dikemukakan oleh tokooh lainnya karena
dalam setiap yang ada di alam semesta ini, memiliki nilai estetika
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah estetika pada abad
pertengahan ?
2. Bagaimanakah estetika pada masa
pramodern ?
1.3 Tujuan
Penulisan
1. Menjelaskan estetika pada abad pertengahan
2. Menjelaskan estetika pada masa pramodern
1.4
Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan
ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak. Diantaranya
bagi
pembaca yaitu dapat mengetahui estetika abad pertengahan dan estetika abad
pramodern dan bagi penulis
yaitu dapat
menambah pengetahuan penulis tentang estetika abad pertengahan dan estetika
abad pramodern, serta menambah
pengalaman penulis dalam pembuatan makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Estetika Abad Pertengahan
Pseudo-Dionysius Areopagita (500)
secara langsung tidak memegang peranan penting dalam filsafat keindahan, akan
tetapi karyanya sangat dipengaruhi oleh Neoplatonisme dan Agustinus. Mengenai
keindahan ada beberapa gagasan yang kemudian mempengaruhi pandangan keindahan
menjadi tradisional. Gagasan-gagasan itu dikembangkan selaras dengan garis
besar seluruh karyanya yaitu dengan menekankan kepada peranan dari suatu
susunan hirarkis yang mengadakan semua keikutsertaan cahaya yang mempengaruhi
bagan lebih lanjut dalam teori tentang keindahan
Sebelumnya, seni rupa, musik dan drama
pada abad pertengahan didukung oleh para penguasa negara dan masyarakat, akan tetapi jauh
daripada dahulu dan sesudahnya pada abad pertengahan seni dipengaruhi oleh
agama. Seperti pada tempat ibadah dengan segala perhiasannya, buku dengan
perhiasan atau miniaturnya, pakaian dan alat-alat peribadatan, sastra, musik
dan juga drama merupakan pengaruh agama terhadap seni. Kesenian dan karya seni
berhubungan dengan agama dan dalam perkembangannya, seni dan religi berkaitan erat
satu sama lain. Di wilayah dunia bagian Barat yaitu sekitar laut tengah pada
abad pertengahan, ada tiga agama yang menentukan perkembangan seni, yakni:
Yahudi, Kristiani dan Islam. Ketiganya merupakan agama moneteis yang dalam
sejarah berasal dari satu akar. Khususnya mengenai anggapannya tentang seni
religius agama Yahudi dan sikap yang menjadi nyata dalam kesenian dari ilhamnya
Kristiani. Masalah keindahan ternyata kadang-kadang dikaitkan dengan ajaran
agama, seperti lukisan-lukisan geometris Islam yang dipengaruhi oleh ajaran
yang mengharamkan penggambaran makhluk hidup.
Dalam
lingkungan Yahudi dan di lingkungan Islam sangat ditekankan transendensi Allah
yang tidak dapat dan tidak diboleh digambarkan dalam berhala-berhala. Pendirian
itu mempengaruhi secara khusus seluruh bidang seni rupa. Gambar-gambar atau
patung yang berusaha menyatakan Allah atau yang ilahi itu dilarang, apalagi
manusia dan biasanya hewan-hewan tidak boleh dipahat atau dilukiskan. Dari
sudut lain jelaslah bahwa seni rupa yang bermotif (umpamanya) bunga-bunga,
daun-daun dan rantai ataupun hanya yang bermotif matematim sangat dikembangkan
pula keahlian dalam memakai warna-warni gemilang, seni sajak, musik, arsitektur
dalam tempat-tempat ibadah dan tempat berkumpul (Sinagoga, masjid serta
istana-istana malahan rencana kota).
Seni religius
dalam lingkungan kristiani ditandai dengan kepercayaan
pada penjelmaan sabda ilahi sebagai manusia dalam diri Yesus Kristus. Maka
manusia dan segala yang berhubungan dengan masyarakat dan sejarah manusia yang
dainggap paling cocok untuk memperlihatkan Tuhan dan keterlibatannya dalam
dunia. Dalam hal ini terdapat perbedaan antara lingkungan gereja di sebelah
Timur Laut Tengah (Kabatrikan Istambul, Ryzantium Konstatinopel, Anthiokia,
Iskandaria). Seni religius dan segala bentuknya (spiritual) dipengaruhi oleh
anggapan itu lepas dari madayarat terdapat upacara-upacara syurgawi. Bagian
barat (gereja latin) dipengaruhi oleh anggapan itu juga sampai sekitar
menjelang abad ke-10, tetapi mulai sekitar tahun 1000 di Eropa Barat dalam
banyak bidang (spiritual, senirupa, sastra, penyelenggaraan negara serta
pengurus masyarakat dan perdagangan, lalu ilmu alam dan lain-lain) muncullah
minat besar yang konkret, partikular dan individual itulah yang menjadi nyata
dalam perkembangan seni khususnya dalam seni religius. Seni religius yaitu
meminati dan menampilkan segala seluk beluk kehidupan manusia sedemikian rupa
sehingga justru itulah yang menjadi lambang kehadiran Tuhan yang diperlukan dan
dirindukan hati manusia.
Abad pertengahan
merupakan abad gelap yang menghalangui kreativitas seniman berkarya seni. Agama
nasrani (kristen) yang mulai berkembang dan berpengaruh kuat pada masyarakat
akan menjadi “belenggu”seniman /
Gereja kristen
lama bersifat memusuhi seni dan tidak mendorong refleksi filosofis terhadap
suatu hal itu. Seni mengabdi hanya untuk kepentingan gereja dan kepentingan
sorgawi. Karena memamng kaum gereja beranggapan bahwa seni itu hanyalah dan
selalu memperjuangkan bentuk visual yang sempurna (idealisasi). Manusia
merupakan pusat penciptaan. Segala sesuatu karya kembali kepada manusi sebagai
subjek matternya. Hal ini dinamakan anthroposentris dan muculah Renaisance.
- Pengertian Zaman Renaisance
Renaissance
ialah periode perkembangan peradaban yang
terletak di ujung atau sesudah abad kegelapan sampai muncul abad modern.
Perkembangan itu terutama sekali dalam bidang seni lukis dan sastra. Akan
tetapi, di antara perkembangan itu terjadi juga perkembangan dalam bidang
filsafat. Renaissance telah menyebabkan manusia mengenali kembali dirinya,
menemukan dunianya. Akibat dari sini ialah muncul penelitian-penelitian empiris
yang lebih giat. Berkembangnya penelitian empiris merupakan salah satu ciri
Renaisance.. Di dalam bidang-bidang filsafat, zaman Rennaisance tidak
menghasilkan karya penting bila dibandingkan dengan bidang seni dan sains.
Zaman ini sering juga di sebut Zaman Humanisme. Maksud ungkapan ini ialah
manusia di anggap kurang dihargai sebagai manusia. Kebenaran diukur berdasarkan
dari gereja (kristen), bukan menurut ukuran yang dibuat oleh manusia. Humanisme
menghendaki ukuran haruslah manusia. Karena manusia mempunyai kemampuan untuk
berpikir, maka humanism menganggap manusia mampu mengatur dirinya dan mengatur
dunia. Jadi, ciri utama Renaissance ialah humanism, individualism,lepas dari
agama (tidak mau diatur oleh agama), empirisme, dan rasionalisme. Hasil yang
diperoleh dari watak itu ialah pengetahuan rasional berkembang. Filsafat
berkembang bukan pada Zaman Renaissance itu , melainkan kelak pada zaman
sesudahnya (Zaman Modern). Sains berkembang karena semangat dan hasil empirisme
itu. Agama (Kristen) semakin ditinggalkan, ini karena semangat humanism itu.
Ini kelihatan dengan jelas kelak pada Zaman Modern.
Tokoh renesans (dari kata Renaissance ),Leon
Battista mengatakan bahwa lukisan adalah penyajian tiga dimensi/ ia menekankan
penggambaran yang setia dan konsisten dari sunjek dramatik sebuah lukisan.
Battista berpendapat pula bahwa sreniman harus mempelajari ilmu anatomi
manusia, dan kaidah kaidah teknik senirupa yang laim. Dengan kata lain ,
seniman harus perlu mengikuti pendidikan khusus, selain mengembangkan bakat
seninya. Pandangan ini pun diikuti para ahli lainnya dan para seniman jaman
intermasuk Leonardo da Vinci. Istilah akademis dalam seni mulai tampak
dirintis.karenan ada usaha ilmu seni secara rasional (teori yang berlandasankan
kaidahYunani/Romawi).
Relief dan
Patung pada dinding Katedral, Estetika Abad Pertengahan
- Ciri-ciri Estetika Renaisans
1.
Seni lukis-pahat: bersifat
mental-inteligens (causa-mentale).
2.
Seni-puisi: “meniru alam”; ilmu-ilmu
empiris memberikan petunjuk berguna.
3.
Seni-seni plastis, mis. Sastra: ada
tujuan moral; yakni perbaikan sosial, tetapi tetap ideal.
4.
Keindahan: properti objektif
benda-benda (order, harmoni, proporsional, kebenaran).
5.
Seni masa klasik telah menurun,
rahasianya telah hilang; seni makin merosot mutunya.
- Dampak Setelah Renaisance Terhadap Pemikiran Orang-Orang Eropa
1.
Setelah berkembangnya zaman Renaisance
di Eropa, masyarakat mengalamiPerubahan pada SDM yang terdiri dari :
a)
Perubahan pola pikir emosional menjadi
rasional. Pemikiran yang rasional menjadi dasar utama / satu-satunya jalan
untuk mengungkap rahasia alam, bukan melalui agama. Agama gereja mulai
ditinggalkan.
b)
Pada jaman abad tengah, kehidupan di
Eropa diatur oleh ”Theosentris’’ yaitu segala sesuatu berpusat pada
kepercayaan. Namun setelah muncul Renaissance, kehidupan mereka diatur oleh
’’Anthroposentris’’ yaitu segala sesuatu yang dilakukan berpusat pada manusia.
Pada abad tengah mereka percaya pada takdir, tapi pada renaissance mereka
percaya pada nasib.
c)
Pada jaman abad tengah segala sesuatu
dilakukan secara kolektif. Sebaliknya pada jaman renaissance, segala sesuatu
dilakukan secara individual
d)
Pada jaman abad tengah segala sesuatu
dilakukan berdasarkan spiritual. Dan di jaman renaissance, segala sesuatu
dilakukan berdasarkan materi.
2.
Perubahan pada Kebudayaannya
Pada perubahan
kebudayaan ini yang ditekankan adalah membentuk manusia yang humanis. Humanisme
adalah proses pembentukan manusia yang otonom, rasional, bebas,
bertanggungjawab, sehat fisik dan spiritual. Perubahan kebudayaan ini adalah
pada bidang seni. Yaitu seni bangunan /arsitektur dan seni lukis. Seniman lukis
yang sangat terkenal pada saat itu adalahLeonardo da Vinci , lewat karya
"Monalisa". Dan seniman patung Michelangelo, yang terkenal dengan
patung PIETA, yaitu patung Yesus dipangkuan Bunda Maria.
- Dampak Positif Renaissance
1.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi ( IPTEK ).
2.
Orang mulai berpikir kritis. Menjadi
maju, baik SDM maupun kebudayaannya.
3.
Reformasi Gereja.
- Tokoh- tokoh ada Zaman Renaisance
ü
Marsilio Ficinno (1433-99),
ü
the new academy (1492).
ü
B. Alberti (1409-1472).
ü
Leonardo da Vinci (1452-1519).
- Thomas Aquino (1225-1274)
Filosofi lain
yang terkenal pada zaman pertengahan adalah Thomas Aquino (1225-1274). Ia
menulis mengenai esensi dari keindahan. Rumusannya yang terkenal adalah
"keindahan berkaitan dengan pengetahuan". Sesuatu disebut indah jika
menyenangkan mata si pengamat, namun di samping itu terdapat penekanan pada
pengetahuan bahwa pengalaman keindahan akan bergantung pada pengalaman empirik
dari pengamat. Hal yang selalu mencolok adalah kondisi dan sikap terhadap
subyek keindahan, persiapan individu untuk memperoleh pengalaman estetik.
Selanjutnya, ia berpikir bahwa keindahan adalah hasil dari tiga syarat:
keseluruhan (lat. Integritas) atau kesempurnaan, keselarasan yang benar (lat.
Proportio) dan kejelasan atau kecemerlangan. Secara umum gagasan Thomas Aquinas
merupakan rangkuman segala filsafat keindahan yang sebelumnya telah dihargai.
Sejalan dengan Aristoteles, Thomas Aquinas menekankan pentingnya pengetahuan
dan pengalaman empiris-aposteriori yang terjadi dalam diri manusia.
Ketika mengkaji
secara empirik obyek yang sulit untuk didefinisikan atau diukur secara
langsung, pendefinisian dapat dipermudah dengan perbandingan dengan obyek-objek
atau benda lain, yang lebih mudah untuk dikaji, karena telah dikenal. Kemudian,
daripada menggunakan real definition untuk sementara dapat digunakan definisi
nominal untuk objek atau benda tersebut. Cara ini telah dimanfaatkan dalam
pengkajian tentang keindahan oleh St. Augustinus dan Thomas Aquino.
Thomas
beranggapan mengenai keindahan merupakan suatu rangkuman dimana segala
unsur lama dihargai dengan mengetengahkan peranan dan rasa si subyek dalam
terjadinya keindahan. Dalam seluruh karya Thomas terdapat beberapa uraian
pendek mengenai keindahan.
Tentang Thomas Aquino dianggap penting
untuk dipelajari karena:
a.
Memuat suatu unsur baru yang merupakan
perintis jalan bagi perkembangan anggapan tentang keindahan selama masa modern,
b.
Selain itu Thomas amat seringkali
dikutip dalam penjelasan-penjelasan mengenai keindahan.
2.2 Estetika Abad Pramodern
Anthony Ashley Cooper
mengembangkan metafisika neoplatoistik yang memimpikan satu dunia
yang harmonis yang diciptakan oleh Tuhan. Aspek- aspek dari alam yang harmonis
pada manusia ini termasuk pengertian moral yang menilai aksi-aksi manusia, dan
satu pengertian tentang keindahan yang menilai dan menghargai seni dan
alam. Keagungan, termasuk keindahan merupakan kategori estetika yang
terpenting.
David Hume lebih banyak menerima
pendapat Anthony tetapi ia mempertahankan bahwa keindahan bukan suatu kualitas
yang objektif dari objek. Yang dikatakan baik atau bagus ditentukan oleh
konstitusi utama dari sifat dan keadaan manusia, termasuk adat dan kesenangan
pribadi manusia. Hume juga membuat konklusi, meskipun tak ada standar yang
mutlak tentang penilaian keindahan, selera dapat diobyektifkan oleh pengalaman
yang luas, perhatian yang cermat dan sensitivitas pada kualitas-kualitas dari
benda.
Karya Lithograph, Daumier, gaya
realisme Estetika Pramodern: ekspresi yang cenderung otonom
Immanuel Kant, seperti Hume,
bertahan bahwa keindahan bukanlah kualitas objektif dari objek. Sebuah benda
dikatakan indah bila bentuknya menyebabkan saling mempengaruhi secara
harmonis,diantara imajinasi dan pengertian (pikiran). Penilaian
selera maknanya subjektif dalam arti ini.
Dari sini sekitar abad ke-19 muncul
beberapa aliran diantaranya impresionisme dan ekspresionisme. Yang mana pada
dahulu kala para seniman sendiri ikut mengambil bagian dalam merumuskan
pendangan-pandangan mereka tentang ciri khas dan peranan kesepian dalam
perkembangan manusia maupun masyarakat.
- Impressionisme dan Ekspresionisme
Impresionisme adalah suatu gerakan
seni dari abad 19 yang
dimulai dari Paris pada tahun 1860an. Nama ini awalnya dikutip dari
lukisan Claude Monet, "Impression, Sunrise"
("Impression, soleil levant"). Sebenarnya kata “impresionisme”
pada permulaan dipakai sebagai suatu sindiran atau penghinaan terhadap mereka
yang kurang patuh pada peraturan-peraturan dan patokan-patokan yang dianggap
perlu diindahkan agar suatu karya seni dapat terlaksana. Pokoknya pelukis ingin
mengabadikan “kesan”nya (“impression”) dan memperlihatkannya kepada si penonton
lukisannya.
Karakteristik utama lukisan
impresionisme adalah kuatnya goresan kuas, warna-warna cerah (bahkan banyak
sekali pelukis impresionis yang mengharamkan warna hitam karena dianggap bukan
bagian dari cahaya), komposisi terbuka, penekanan pada kualitas pencahayaan,
subjek-subjek lukisan yang tidak terlalu menonjol, dan sudut pandang yang tidak
biasa.
Pengarang impresionistis melahirkan
kembali kesan atas sesuatu yang dilihatnya. Kesan itu biasanya kesan sepintas
lalu. Pengarang takkan melukiskannya sampai mendetail, sampai kepada yang
sekecil-kecilnya seperti dalam aliran realisme atau naturalisme, supaya
ketegasan, spontanitas penglihatan, dan perasaan mula pertama tetap tak hilang.
Lukisan seperti itulah lukisan beraliran impresionisme.
Ekspresionisme adalah suatu aliran dalam seni rupa yang melukiskan suasana
kesedihan, kekerasan, kebahagiaan, atau keceriaan dalam ungkapan rupa yang
emosional dan ekspresif. Salah seorang pelukis yang beraliran ekspresionisme
adalah Vincent van Gogh (1853-1890). Lukisan lukisannya penuh dengan ekpresi
gejolak jiwa yang diakibatkan oleh penderitaan dan kegagalan dalam hidup.
Aliran ekspresionisme lebih terbatas pada beberapa tokoh saja. Karya mereka
memang tidak terlepas sama sekali dari apa yang mereka lihat dan apa yang
kiranya telah menjadi alasan mengapa mau melukis. Hasrat untuk mengucapkan dan
seakan-akan mewujudkan apa yang ada dalam pengalaman dan hati mereka
(“exspression”) menandai dan mewarnai karya seni yang bersangkutan.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada masa purba tokoh estetik memegang peranan penting
mengenai filasafat kindahan adalah Pseudo Dionysius Areopagita dengan karyanya
yang sangat dipengaruhi oleh Neoplatonisme dan Agustinus. Thomas Aquino juga
merupakan tokoh abad pertengahan yang memaparkan beberapa uraian pendek
mengenai keindahan. Seni rupa ,
sastra, musik dan drama sebelum adn
sesudah abad prtenaghan berkembang dengan dipengaruhi oleh agama. Dalam
lingkungna kristiani selama abad pertengahan , teori dan filsafat serta teologi
mengenai simbol menjadi suatu gaya pendorong guna mengemabangkan berbagai
bentuk seni. Teori dan filsafat mengenai kesenian dan karya seni yang akan
muncul dalam masa\moderen dilataarbelakangi oleh anggapan-anggapan tentang
simbol yang berasal dari lingkungan kristiani, pada awalnya. Bedanya ialah
dalam rangka seni religius dan dalam rangka itu menjadi a symbol of the beyond.
Sedangkan gaya simbol kesenian moderen biasanya justru tidak mneunjukkna suatu
beyond yang bersifat trensenden
melainkan suatu beyond manusiawi dan duniawi.
3.2 Saran
Seniman harus
perlu mengikuti pendidikan khusus, dan terus mengembangkan bakat seninya.
DAFTAR
PUSTAKA
Fitrah, Yundi.2013. Berkenalan dengan Estetika. Jambi:
Universitas Jambi
Florean, Muhammad Reyhan . 2015. Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan STKIP PGRI Tulungagung, (online),
(psrpgsdstkippgritulungsgung.blogspot.co.id) , diakses pada 09 oktober 2015
Kartika, Dharso Sony dan Nanang Ganda Prawira.2004.Pengantar Estetika. Bandung: Rekayasa
Sains
Sutrisno, Mudji dan Christ
Verhaak.1993. Estetika Filsafat Keindahan. Yogyakarta: Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar