Rabu, 14 Oktober 2015

MAKALAH ESTETIKA ABAD PERTENGAHAN DAN ESTETIKA ABAD PRAMODERN



MAKALAH
ESTETIKA ABAD PERTENGAHAN
 DAN
ESTETIKA ABAD PRAMODERN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Seni Rupa yang dibina oleh 
Bapak Muhammad Reyhan Florean, M.Pd

 



Disusun Oleh :
Kelompok 5
Ayu Novita Pristiani                       NPM 14186206094
Astrid Lusy Ayuningtyas                NPM 14186206095
Ingrid Bela Suastiaji                       NPM 14186206096
Lintang Permata                            NPM 14186206097
Desi Kartika Sari                           NPM 14186206329

Kelas : 3C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
STKIP PGRI TULUNGAGUNG
Tahun Ajaran 2015/2016

KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah, dan taufik-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul “Estetika Abad Pertengahan  dan Estetika Abad Pramodern”  merupakan tugasdari mata kuliah Pendidikan Seni Rupa yang dibina oleh Bapak Muhammad Reyhan Florean , M.Pd.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih sangat jauh dari sempurna, sehingga masih perlu bimbingan dan arahan. Mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan kemampuan penulis, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan bimbingan, saran dan kritik yang membangun demi kebaikan dan kesempurnaan penulisan makalah berikutnya.
Semoga makalah ini sangat bermanfaat bagi penulis, pembaca pada umumnya dan pendidik pada khususnya.


Tulungagung, Oktober 2015

Penyusun




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
1.1 Latar belakang Masalah.......................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................1
1.3Tujuan Penulisan...................................................................................1
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................2
2.1  Estetika Abad Pertengahan................................................................. 2
2.2 Estetika Abad Pramodern.....................................................................7

BAB III   PENUTUP................................................................................... 10
3.1  Kesimpulan..........................................................................................10
3.2  Saran...................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 11




BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Estetika merupakan filsafat mengenai keindahan. Setiap karya sastra terdapat unsur estetik yang memperindah sebuah satra. Di dalam estetik terdapat estetik moderen dan estetik tradisional maka hal tersebut tidak terlepas dengan sejarah perkembangan mengenai esetika. Dalam perkembangannya, pada zaman pertengahan estetika terdpat beberapa masa seperti msa purba dan masa kuno, selain itu zaman pertengahan estetika jugasangat dipengaruhi oleh sudut agama. Dimana unsur-unsur estetika dalam setiap pernak-pernik perlengkapan peribadatan  dan juga pada kesenian dan drama sangat dipengaruhi oleh sudut agama. Pada zaman pertengahan yang lebih signifikannya pada masa purba terdapat gagasan gagasan mengenai keindahan dan juga teori mengenai simbol-simbol.  Dalam hal ini seorang tokoh Thomas Aquino yang mengemukakan uraian pendek mengenai keindahan. Konsep mengenai keindahan jug banyak dikemukakan oleh tokooh lainnya karena dalam setiap yang ada di alam semesta ini, memiliki nilai estetika

1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah estetika pada abad pertengahan ?
2.      Bagaimanakah estetika pada masa pramodern ?

1.3 Tujuan Penulisan
1.      Menjelaskan estetika pada abad pertengahan
2.      Menjelaskan estetika pada masa pramodern

1.4    Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak. Diantaranya bagi pembaca yaitu dapat mengetahui estetika abad pertengahan dan estetika abad pramodern dan bagi penulis yaitu dapat menambah pengetahuan penulis tentang estetika abad pertengahan dan estetika abad pramodern, serta  menambah pengalaman penulis dalam pembuatan makalah.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Estetika Abad Pertengahan
Pseudo-Dionysius Areopagita (500) secara langsung tidak memegang peranan penting dalam filsafat keindahan, akan tetapi karyanya sangat dipengaruhi oleh Neoplatonisme dan Agustinus. Mengenai keindahan ada beberapa gagasan yang kemudian mempengaruhi pandangan keindahan menjadi tradisional. Gagasan-gagasan itu dikembangkan selaras dengan garis besar seluruh karyanya yaitu dengan menekankan kepada peranan dari suatu susunan hirarkis yang mengadakan semua keikutsertaan cahaya yang mempengaruhi bagan lebih lanjut dalam teori tentang keindahan
Sebelumnya, seni rupa, musik dan drama pada abad pertengahan didukung oleh para penguasa negara dan masyarakat, akan tetapi jauh daripada dahulu dan sesudahnya pada abad pertengahan seni dipengaruhi oleh agama. Seperti pada tempat ibadah dengan segala perhiasannya, buku dengan perhiasan atau miniaturnya, pakaian dan alat-alat peribadatan, sastra, musik dan juga drama merupakan pengaruh agama terhadap seni. Kesenian dan karya seni berhubungan dengan agama dan dalam perkembangannya, seni dan religi berkaitan erat satu sama lain. Di wilayah dunia bagian Barat yaitu sekitar laut tengah pada abad pertengahan, ada tiga agama yang menentukan perkembangan seni, yakni: Yahudi, Kristiani dan Islam. Ketiganya merupakan agama moneteis yang dalam sejarah berasal dari satu akar. Khususnya mengenai anggapannya tentang seni religius agama Yahudi dan sikap yang menjadi nyata dalam kesenian dari ilhamnya Kristiani. Masalah keindahan ternyata kadang-kadang dikaitkan dengan ajaran agama, seperti lukisan-lukisan geometris Islam yang dipengaruhi oleh ajaran yang mengharamkan penggambaran makhluk hidup.
Dalam lingkungan Yahudi dan di lingkungan Islam sangat ditekankan transendensi Allah yang tidak dapat dan tidak diboleh digambarkan dalam berhala-berhala. Pendirian itu mempengaruhi secara khusus seluruh bidang seni rupa. Gambar-gambar atau patung yang berusaha menyatakan Allah atau yang ilahi itu dilarang, apalagi manusia dan biasanya hewan-hewan tidak boleh dipahat atau dilukiskan. Dari sudut lain jelaslah bahwa seni rupa yang bermotif (umpamanya) bunga-bunga, daun-daun dan rantai ataupun hanya yang bermotif matematim sangat dikembangkan pula keahlian dalam memakai warna-warni gemilang, seni sajak, musik, arsitektur dalam tempat-tempat ibadah dan tempat berkumpul (Sinagoga, masjid serta istana-istana malahan rencana kota).
Seni religius dalam lingkungan kristiani ditandai dengan kepercayaan pada penjelmaan sabda ilahi sebagai manusia dalam diri Yesus Kristus. Maka manusia dan segala yang berhubungan dengan masyarakat dan sejarah manusia yang dainggap paling cocok untuk memperlihatkan Tuhan dan keterlibatannya dalam dunia. Dalam hal ini terdapat perbedaan antara lingkungan gereja di sebelah Timur Laut Tengah (Kabatrikan Istambul, Ryzantium Konstatinopel, Anthiokia, Iskandaria). Seni religius dan segala bentuknya (spiritual) dipengaruhi oleh anggapan itu lepas dari madayarat terdapat upacara-upacara syurgawi. Bagian barat (gereja latin) dipengaruhi oleh anggapan itu juga sampai sekitar menjelang abad ke-10, tetapi mulai sekitar tahun 1000 di Eropa Barat dalam banyak bidang (spiritual, senirupa, sastra, penyelenggaraan negara serta pengurus masyarakat dan perdagangan, lalu ilmu alam dan lain-lain) muncullah minat besar yang konkret, partikular dan individual itulah yang menjadi nyata dalam perkembangan seni khususnya dalam seni religius. Seni religius yaitu meminati dan menampilkan segala seluk beluk kehidupan manusia sedemikian rupa sehingga justru itulah yang menjadi lambang kehadiran Tuhan yang diperlukan dan dirindukan hati manusia.
Abad pertengahan merupakan abad gelap yang menghalangui kreativitas seniman berkarya seni. Agama nasrani (kristen) yang mulai berkembang dan berpengaruh kuat pada masyarakat akan menjadi “belenggu”seniman /
Gereja kristen lama bersifat memusuhi seni dan tidak mendorong refleksi filosofis terhadap suatu hal itu. Seni mengabdi hanya untuk kepentingan gereja dan kepentingan sorgawi. Karena memamng kaum gereja beranggapan bahwa seni itu hanyalah dan selalu memperjuangkan bentuk visual yang sempurna (idealisasi). Manusia merupakan pusat penciptaan. Segala sesuatu karya kembali kepada manusi sebagai subjek matternya. Hal ini dinamakan anthroposentris dan muculah Renaisance.


  • Pengertian Zaman Renaisance
Renaissance ialah periode perkembangan peradaban yang terletak di ujung atau sesudah abad kegelapan sampai muncul abad modern. Perkembangan itu terutama sekali dalam bidang seni lukis dan sastra. Akan tetapi, di antara perkembangan itu terjadi juga perkembangan dalam bidang filsafat. Renaissance telah menyebabkan manusia mengenali kembali dirinya, menemukan dunianya. Akibat dari sini ialah muncul penelitian-penelitian empiris yang lebih giat. Berkembangnya penelitian empiris merupakan salah satu ciri Renaisance.. Di dalam bidang-bidang filsafat, zaman Rennaisance tidak menghasilkan karya penting bila dibandingkan dengan bidang seni dan sains. Zaman ini sering juga di sebut Zaman Humanisme. Maksud ungkapan ini ialah manusia di anggap kurang dihargai sebagai manusia. Kebenaran diukur berdasarkan dari gereja (kristen), bukan menurut ukuran yang dibuat oleh manusia. Humanisme menghendaki ukuran haruslah manusia. Karena manusia mempunyai kemampuan untuk berpikir, maka humanism menganggap manusia mampu mengatur dirinya dan mengatur dunia. Jadi, ciri utama Renaissance ialah humanism, individualism,lepas dari agama (tidak mau diatur oleh agama), empirisme, dan rasionalisme. Hasil yang diperoleh dari watak itu ialah pengetahuan rasional berkembang. Filsafat berkembang bukan pada Zaman Renaissance itu , melainkan kelak pada zaman sesudahnya (Zaman Modern). Sains berkembang karena semangat dan hasil empirisme itu. Agama (Kristen) semakin ditinggalkan, ini karena semangat humanism itu. Ini kelihatan dengan jelas kelak pada Zaman Modern.
 Tokoh renesans (dari kata Renaissance ),Leon Battista mengatakan bahwa lukisan adalah penyajian tiga dimensi/ ia menekankan penggambaran yang setia dan konsisten dari sunjek dramatik sebuah lukisan. Battista berpendapat pula bahwa sreniman harus mempelajari ilmu anatomi manusia, dan kaidah kaidah teknik senirupa yang laim. Dengan kata lain , seniman harus perlu mengikuti pendidikan khusus, selain mengembangkan bakat seninya. Pandangan ini pun diikuti para ahli lainnya dan para seniman jaman intermasuk Leonardo da Vinci. Istilah akademis dalam seni mulai tampak dirintis.karenan ada usaha ilmu seni secara rasional (teori yang berlandasankan kaidahYunani/Romawi).

 

Relief dan Patung pada dinding Katedral, Estetika Abad Pertengahan

  • Ciri-ciri Estetika Renaisans
1.      Seni lukis-pahat: bersifat mental-inteligens (causa-mentale).
2.      Seni-puisi: “meniru alam”; ilmu-ilmu empiris memberikan petunjuk berguna.
3.      Seni-seni plastis, mis. Sastra: ada tujuan moral; yakni perbaikan sosial, tetapi tetap ideal.
4.      Keindahan: properti objektif benda-benda (order, harmoni, proporsional, kebenaran).
5.      Seni masa klasik telah menurun, rahasianya telah hilang; seni makin merosot mutunya.

  • Dampak Setelah Renaisance Terhadap Pemikiran Orang-Orang Eropa
1.      Setelah berkembangnya zaman Renaisance di Eropa, masyarakat mengalamiPerubahan pada SDM yang terdiri dari :
a)      Perubahan pola pikir emosional menjadi rasional. Pemikiran yang rasional menjadi dasar utama / satu-satunya jalan untuk mengungkap rahasia alam, bukan melalui agama. Agama gereja mulai ditinggalkan.
b)      Pada jaman abad tengah, kehidupan di Eropa diatur oleh ”Theosentris’’ yaitu segala sesuatu berpusat pada kepercayaan. Namun setelah muncul Renaissance, kehidupan mereka diatur oleh ’’Anthroposentris’’ yaitu segala sesuatu yang dilakukan berpusat pada manusia. Pada abad tengah mereka percaya pada takdir, tapi pada renaissance mereka percaya pada nasib.
c)       Pada jaman abad tengah segala sesuatu dilakukan secara kolektif. Sebaliknya pada jaman renaissance, segala sesuatu dilakukan secara individual
d)      Pada jaman abad tengah segala sesuatu dilakukan berdasarkan spiritual. Dan di jaman renaissance, segala sesuatu dilakukan berdasarkan materi.
2.      Perubahan pada Kebudayaannya
Pada perubahan kebudayaan ini yang ditekankan adalah membentuk manusia yang humanis. Humanisme adalah proses pembentukan manusia yang otonom, rasional, bebas, bertanggungjawab, sehat fisik dan spiritual. Perubahan kebudayaan ini adalah pada bidang seni. Yaitu seni bangunan /arsitektur dan seni lukis. Seniman lukis yang sangat terkenal pada saat itu adalahLeonardo da Vinci , lewat karya "Monalisa". Dan seniman patung Michelangelo, yang terkenal dengan patung PIETA, yaitu patung Yesus dipangkuan Bunda Maria.

  • Dampak Positif Renaissance
1.      Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK ).
2.      Orang mulai berpikir kritis. Menjadi maju, baik SDM maupun kebudayaannya.
3.      Reformasi Gereja.
  • Tokoh- tokoh ada Zaman Renaisance
ü  Marsilio Ficinno (1433-99),
ü  the new academy (1492).
ü   B. Alberti (1409-1472).
ü   Leonardo da Vinci (1452-1519).

  •  Thomas Aquino (1225-1274)
Filosofi lain yang terkenal pada zaman pertengahan adalah Thomas Aquino (1225-1274). Ia menulis mengenai esensi dari keindahan. Rumusannya yang terkenal adalah "keindahan berkaitan dengan pengetahuan". Sesuatu disebut indah jika menyenangkan mata si pengamat, namun di samping itu terdapat penekanan pada pengetahuan bahwa pengalaman keindahan akan bergantung pada pengalaman empirik dari pengamat. Hal yang selalu mencolok adalah kondisi dan sikap terhadap subyek keindahan, persiapan individu untuk memperoleh pengalaman estetik. Selanjutnya, ia berpikir bahwa keindahan adalah hasil dari tiga syarat: keseluruhan (lat. Integritas) atau kesempurnaan, keselarasan yang benar (lat. Proportio) dan kejelasan atau kecemerlangan. Secara umum gagasan Thomas Aquinas merupakan rangkuman segala filsafat keindahan yang sebelumnya telah dihargai. Sejalan dengan Aristoteles, Thomas Aquinas menekankan pentingnya pengetahuan dan pengalaman empiris-aposteriori yang terjadi dalam diri manusia.
Ketika mengkaji secara empirik obyek yang sulit untuk didefinisikan atau diukur secara langsung, pendefinisian dapat dipermudah dengan perbandingan dengan obyek-objek atau benda lain, yang lebih mudah untuk dikaji, karena telah dikenal. Kemudian, daripada menggunakan real definition untuk sementara dapat digunakan definisi nominal untuk objek atau benda tersebut. Cara ini telah dimanfaatkan dalam pengkajian tentang keindahan oleh St. Augustinus dan Thomas Aquino.
Thomas  beranggapan mengenai keindahan merupakan suatu rangkuman dimana segala unsur lama dihargai dengan mengetengahkan peranan dan rasa si subyek dalam terjadinya keindahan. Dalam seluruh karya Thomas terdapat beberapa uraian pendek mengenai keindahan.
Tentang Thomas Aquino dianggap penting untuk dipelajari karena:
a.       Memuat suatu unsur baru yang merupakan perintis jalan bagi perkembangan anggapan tentang keindahan selama masa modern,
b.      Selain itu Thomas amat seringkali dikutip dalam penjelasan-penjelasan mengenai keindahan.


2.2  Estetika Abad Pramodern
Anthony Ashley Cooper mengembangkan metafisika neoplatoistik yang memimpikan satu dunia yang harmonis yang diciptakan oleh Tuhan. Aspek- aspek dari alam yang harmonis pada manusia ini termasuk pengertian moral yang menilai aksi-aksi manusia, dan satu pengertian tentang keindahan yang menilai dan menghargai seni dan alam. Keagungan, termasuk keindahan merupakan kategori estetika yang terpenting.
David Hume lebih banyak menerima pendapat Anthony tetapi ia mempertahankan bahwa keindahan bukan suatu kualitas yang objektif dari objek. Yang dikatakan baik atau bagus ditentukan oleh konstitusi utama dari sifat dan keadaan manusia, termasuk adat dan kesenangan pribadi manusia. Hume juga membuat konklusi, meskipun tak ada standar yang mutlak tentang penilaian keindahan, selera dapat diobyektifkan oleh pengalaman yang luas, perhatian yang cermat dan sensitivitas pada kualitas-kualitas dari benda.
 



Karya Lithograph, Daumier, gaya realisme Estetika Pramodern: ekspresi yang cenderung otonom

Immanuel Kant, seperti Hume, bertahan bahwa keindahan bukanlah kualitas objektif dari objek. Sebuah benda dikatakan indah bila bentuknya menyebabkan saling mempengaruhi secara harmonis,diantara imajinasi dan pengertian (pikiran). Penilaian selera maknanya subjektif dalam arti ini.
Dari sini sekitar abad ke-19 muncul beberapa aliran diantaranya impresionisme dan ekspresionisme. Yang mana pada dahulu kala para seniman sendiri ikut mengambil bagian dalam merumuskan pendangan-pandangan mereka tentang ciri khas dan peranan kesepian dalam perkembangan manusia maupun masyarakat.

  • Impressionisme dan Ekspresionisme
Impresionisme adalah suatu gerakan seni dari abad 19 yang dimulai dari Paris pada tahun 1860an. Nama ini awalnya dikutip dari lukisan Claude Monet, "Impression, Sunrise" ("Impression, soleil levant"). Sebenarnya kata “impresionisme” pada permulaan dipakai sebagai suatu sindiran atau penghinaan terhadap mereka yang kurang patuh pada peraturan-peraturan dan patokan-patokan yang dianggap perlu diindahkan agar suatu karya seni dapat terlaksana. Pokoknya pelukis ingin mengabadikan “kesan”nya (“impression”) dan memperlihatkannya kepada si penonton lukisannya.
Karakteristik utama lukisan impresionisme adalah kuatnya goresan kuas, warna-warna cerah (bahkan banyak sekali pelukis impresionis yang mengharamkan warna hitam karena dianggap bukan bagian dari cahaya), komposisi terbuka, penekanan pada kualitas pencahayaan, subjek-subjek lukisan yang tidak terlalu menonjol, dan sudut pandang yang tidak biasa.
Pengarang impresionistis melahirkan kembali kesan atas sesuatu yang dilihatnya. Kesan itu biasanya kesan sepintas lalu. Pengarang takkan melukiskannya sampai mendetail, sampai kepada yang sekecil-kecilnya seperti dalam aliran realisme atau naturalisme, supaya ketegasan, spontanitas penglihatan, dan perasaan mula pertama tetap tak hilang. Lukisan seperti itulah lukisan beraliran impresionisme.
Ekspresionisme adalah suatu aliran dalam seni rupa yang melukiskan suasana kesedihan, kekerasan, kebahagiaan, atau keceriaan dalam ungkapan rupa yang emosional dan ekspresif. Salah seorang pelukis yang beraliran ekspresionisme adalah Vincent van Gogh (1853-1890). Lukisan lukisannya penuh dengan ekpresi gejolak jiwa yang diakibatkan oleh penderitaan dan kegagalan dalam hidup.
Aliran ekspresionisme lebih terbatas pada beberapa tokoh saja. Karya mereka memang tidak terlepas sama sekali dari apa yang mereka lihat dan apa yang kiranya telah menjadi alasan mengapa mau melukis. Hasrat untuk mengucapkan dan seakan-akan mewujudkan apa yang ada dalam pengalaman dan hati mereka (“exspression”) menandai dan mewarnai karya seni yang bersangkutan.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada masa purba tokoh estetik memegang peranan penting mengenai filasafat kindahan adalah Pseudo Dionysius Areopagita dengan karyanya yang sangat dipengaruhi oleh Neoplatonisme dan Agustinus. Thomas Aquino juga merupakan tokoh abad pertengahan yang memaparkan beberapa uraian pendek mengenai keindahan.  Seni rupa , sastra,  musik dan drama sebelum adn sesudah abad prtenaghan berkembang dengan dipengaruhi oleh agama. Dalam lingkungna kristiani selama abad pertengahan , teori dan filsafat serta teologi mengenai simbol menjadi suatu gaya pendorong guna mengemabangkan berbagai bentuk seni. Teori dan filsafat mengenai kesenian dan karya seni yang akan muncul dalam masa\moderen dilataarbelakangi oleh anggapan-anggapan tentang simbol yang berasal dari lingkungan kristiani, pada awalnya. Bedanya ialah dalam rangka seni religius dan dalam rangka itu menjadi a symbol of the beyond. Sedangkan gaya simbol kesenian moderen biasanya justru tidak mneunjukkna suatu beyond yang bersifat trensenden  melainkan suatu beyond manusiawi dan duniawi.

3.2  Saran
Seniman harus perlu mengikuti pendidikan khusus, dan terus mengembangkan bakat seninya.



DAFTAR PUSTAKA

Fitrah, Yundi.2013. Berkenalan dengan Estetika. Jambi: Universitas Jambi

Florean, Muhammad Reyhan . 2015. Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan   STKIP PGRI Tulungagung, (online), (psrpgsdstkippgritulungsgung.blogspot.co.id) , diakses pada 09 oktober 2015

Kartika, Dharso Sony dan  Nanang Ganda Prawira.2004.Pengantar Estetika. Bandung: Rekayasa Sains

Sutrisno, Mudji dan Christ Verhaak.1993. Estetika Filsafat Keindahan. Yogyakarta: Kanisius



Tidak ada komentar:

Posting Komentar